Dalam dunia literasi, tak jarang kita menemukan novel dengan alur cerita menarik, penokohan yang kuat, dan pesan mendalam, namun tetap berada di bawah radar popularitas. Istilah “underrated” digunakan untuk menyebut karya yang sebenarnya layak mendapat apresiasi lebih, tetapi belum banyak diketahui atau diapresiasi oleh publik luas. Artikel ini akan membahas beberapa novel dengan kualitas tinggi yang masih tergolong underrated, serta mengulas berbagai faktor yang menyebabkan karya-karya ini belum mendapatkan sorotan sebagaimana mestinya.
Contoh Novel Berkualitas tapi Kurang Populer
“Tetralogi Buru” – Pramoedya Ananta Toer
Meski Pramoedya adalah nama besar dalam sastra Indonesia, tak semua orang—terutama generasi muda—mengetahui kekuatan narasi dalam Tetralogi Buru. Seri yang terdiri dari Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca ini menawarkan potret perjuangan bangsa melalui sudut pandang Minke. Kekuatan bahasa dan kedalaman cerita seharusnya membuat tetralogi ini menjadi bacaan wajib, namun masih banyak yang belum mengenalnya karena dikotomi sejarah dan persepsi politik masa lalu.
“Balada Si Roy” – Gol A Gong
Novel ini memiliki kekuatan cerita tentang pencarian jati diri remaja dan eksplorasi kehidupan yang penuh warna. Sayangnya, karena minim promosi dan kalah saing dengan genre populer masa kini, Balada Si Roy tidak seterkenal novel-novel remaja lainnya yang lebih “trendy”. Padahal kisah dan karakter Roy sangat relevan dan inspiratif bagi pembaca muda.
“Amba” – Laksmi Pamuntjak
Amba adalah kisah cinta yang berlatar sejarah tragedi 1965. Dengan gaya bahasa sastra yang indah dan emosi yang mendalam, novel ini menyentuh banyak aspek kemanusiaan. Sayangnya, karena tema berat dan gaya penulisan yang puitis, banyak pembaca pemula merasa kesulitan untuk menyelaminya, sehingga popularitasnya terbatas pada kalangan tertentu.
Faktor yang Membuat Novel Underrated
1. Minimnya Promosi dan Distribusi
Salah satu alasan utama mengapa novel bagus bisa tetap tersembunyi adalah kurangnya promosi dari penerbit. Tanpa dukungan pemasaran yang kuat, novel yang bagus pun bisa tenggelam di antara banyaknya judul yang beredar. Distribusi yang terbatas juga menjadi penghalang bagi buku untuk mencapai pembaca potensial di berbagai daerah.
2. Segmentasi Pembaca yang Terlalu Spesifik
Beberapa novel memiliki tema atau gaya penulisan yang terlalu niche, sehingga hanya cocok untuk segmen pembaca tertentu. Buku-buku seperti ini sulit menembus pasar umum karena dianggap terlalu berat, filosofis, atau tidak “menghibur”. Padahal justru di situlah letak keunikan dan kekayaan literaturnya.
3. Dominasi Genre Populer
Genre populer seperti romansa remaja, fiksi ringan, atau cerita viral di media sosial sering kali menguasai perhatian pembaca, khususnya generasi muda. Akibatnya, novel dengan kualitas cerita yang lebih dalam dan menantang cenderung diabaikan. Dalam ekosistem yang dikuasai algoritma dan tren, karya-karya yang menuntut pemikiran lebih sering kali kalah dalam hal eksposur.
4. Kurangnya Adaptasi ke Media Lain
Sering kali, novel yang mendapatkan adaptasi film atau serial akan melonjak popularitasnya. Sayangnya, banyak novel bagus yang tidak mendapatkan kesempatan tersebut, sehingga jangkauan pembacanya tetap sempit. Media visual memainkan peran besar dalam mengangkat kembali minat terhadap karya sastra.
5. Waktu dan Momen yang Kurang Tepat
Ada juga kasus di mana novel dirilis pada waktu yang tidak tepat, misalnya bersamaan dengan peluncuran buku dari penulis terkenal lainnya atau saat tren pembaca tidak sesuai dengan genre novel tersebut. Akibatnya, meski secara kualitas sangat baik, novel tersebut terlewatkan oleh banyak orang.
Upaya Mengangkat Kembali Novel Underrated
Komunitas dan Klub Buku
Komunitas literasi memiliki peran penting dalam menghidupkan kembali perhatian terhadap novel-novel underrated. Melalui diskusi, ulasan, dan rekomendasi antarpembaca, novel yang sempat tenggelam bisa kembali mendapat tempat di hati pembaca.
Ulasan Media dan Sosial
Peran media, termasuk blog buku dan media sosial, sangat penting dalam menciptakan “buzz” seputar novel yang kurang dikenal. Influencer buku atau “bookstagrammer” dapat membantu memperkenalkan karya-karya ini kepada audiens yang lebih luas.
Rebranding dan Cetak Ulang
Penerbit bisa mempertimbangkan rebranding, termasuk desain sampul baru, kutipan ulasan, dan penyesuaian sinopsis agar lebih menarik perhatian pembaca masa kini. Cetak ulang juga menjadi langkah strategis untuk memperluas jangkauan buku.
Kesimpulan
Novel bagus dan seru seharusnya tidak dikalahkan oleh minimnya promosi atau tren sesaat. Banyak karya hebat yang menunggu untuk ditemukan, hanya saja belum mendapat kesempatan yang adil untuk bersinar. Sudah saatnya pembaca lebih terbuka untuk mengeksplorasi karya-karya underrated dan memberi ruang bagi literatur yang berkualitas tinggi.
Jika kita hanya membaca buku yang sedang populer, kita mungkin akan melewatkan permata yang tersembunyi. Maka, mari beri kesempatan pada novel-novel yang meskipun tak terlalu dikenal, menyimpan cerita yang luar biasa.